Rabu, 15 Juli 2015

Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri Sipil





Ada 3 jenis hukuman yang akan diterima PNS apabila PNS tidak mematuhi aturan dan melanggar kewajibannya.
  1. Hukuman disiplin ringan;
  2. Hukuman disiplin sedang; dan
  3. Hukuman disiplin berat.


Hukuman disiplin ringan:
  • Teguran lisan;
  • Teguran tertulis; dan
  • Pernyataan tidak puas secara tertulis


Hukuman disiplin sedang:
  • Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
  • Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
  • Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.


Hukuman disiplin berat:
  • Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
  • Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
  • Pembebasan dari jabatan;
  • Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Kewajiban dan Larangan Pegawai Negeri Sipil



Kewajiban dan hak PNS serta Disiplin PNS Secara Keseluruhan diatur dalam PP No.53 Tahun 2010.


Kewajiban Pegawai Negeri Sipil:
  • Mengucapkan sumpah/janji PNS
  • Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah.
  • Menaati segala peraturan perundang-undangan
  • Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
  • Menjunjung tinggi kehormatan Negara, pemerintah, dan martabat PNS
  • Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang,dan/atau golongan
  • Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan
  • Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara
  • Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil
  • Pegawai Negeri Sipil memiliki kewajiban dalam memberikan informasi dengan cepat kepada atasan, jika mengetahui berbagai hal yang dapat memberikan kerugian atau berbahaya terhadap Pemerintah
  • Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
  • Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan
  • Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya
  • Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat
  • Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas
  • Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier
  • Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang



Larangan Pegawai Negeri Sipil:
  • Menyalahgunakan wewenang
  • Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain
  • Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional
  • Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing
  • Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah
  • Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barangbarang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah
  • Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan
  • Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatandan/ataupekerjaannya
  • Bertindak sewenang wenang terhadap bawahannya
  • Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayanisehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
  • Menghalangi berjalannya tugas kedinasan
  • Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:

  1. ikut serta sebagai pelaksana kampanye
  2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS PNS sebagai peserta kampanye hadir untuk mendengar, menyimak visi, misi, dan program yang ditawarkan peserta pemilu, tanpa menggunakan atribut Partai atau PNS
  3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;dan/atau
  4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara

  • Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

  1. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
  2. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Senin, 13 Juli 2015

“24 hours a day, seven days a week. No job is too big, no fee is too large." - Ghostbusters






Itu adalah pengertian dari etika kerja yang saya kutip dari sebuah situs ternama dan tidak diragukan lagi keabsahannya, hehe. Sebenarnya, ada dua hal yang akan saya ingin bahas kali ini, yaitu etika kerja dan etika profesi. Tapi saya ingin lebih membahas mengenai etika kerja, jadi etika profesinya hanya mengenai pengertiannya saja ya hehe.


Etika profesi ini pengertiannya tidak jauh berbeda dengan etika kerja. Namun, untuk etika profesi, ia lebih menjurus ke para profesional di bidangnya masing-masing. Kalau cakupan etika kerja itu menyeluruh bagi semua orang, nah kalau etika profesi ini, lebih kepada profesionalnya. Etika profesi atau etika profesional (professional ethics) merupakan suatu bidang etika (social) terapan. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para professional dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi. Etika profesi pada dasarnya berkaitan dengan penerapan standar moral atau prinsip-prinsip etika yang telah ada ke dalam praktik kehidupan profesi. Etika profesi dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik (code of ethics) atau kode (aturan) perilaku (code of conducts) profesi yang bersangkutan. Meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja, kerangka dan prinsip-prinsip yang dicakup etika profesi tetap dapat diberlakukan sebagai etika kerja.


Berikut perbedaannya yang dapat disimpulkan:

Etika Kerja -> Profesional dan Non Profesional

Etika Profesi -> Profesional dan mempunyai keahlian khusus yang dapat dipertanggungjawabkan. Profesional memiliki karakteristik khusus dari segi pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang membedakannya dari pekerja non-profesional.


Kembali lagi ke etika kerja, terkadang ada yang menyebutnya etos kerja. Nah, etos kerja itu sendiri kalau menurut saya adalah bagaimana sebuah bangsa memandang atau menyikapi sebuah pekerjaan. Dan biasanya, orang dengan etos kerja yang tinggi, menganggap bahwa pekerjaannya merupakan hal yang sangat penting dan bekerja selalu dengan maksimal. Sedangkan orang yang memiliki etos kerja rendah, mereka hanya menganggap pekerjaan itu sebagai sebuah beban dan mereka tidak optimal dalam melakukan pekerjaan mereka.


Mari kita ambil contoh negara dengan etos kerja yang tinggi, yaitu Jepang. Rata-rata pekerja di Jepang menghabiskan waktu mereka di kantor hingga 13 jam dalam satu hari. Mereka memiliki pemikiran bahwa mereka harus optimal dalam bekerja. Sebenarnya, dahulu bangsa Jepang bukanlah bangsa yang memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka lebih suka bersantai dibanding bekerja keras. Namun, setelah mereka kalah di Perang Dunia ke-2, mereka bekerja keras untuk membangun lagi kehidupan mereka. Mereka bekerja dengan sangat keras untuk bertahan hidup karena di masa itu perekonomian mereka kacau balau dan banyak sekali pengangguran. Di kondisi yang seperti itu, secara tidak langsung menempa kedisiplinan dan membentuk etos kerja mereka yang tinggi, yang kemudian ditularkan kepada generasi seterusnya melalui konsep moral yang ketat dengan jalur pendidikan. Dan dengan etos kerja dan disiplin yang tinggi tersebutlah sekarang Jepang sudah bisa disejajarkan kedudukannya dengan negara-negara di Eropa dan dengan Amerika Serikat.


Berikut adalah prinsip-prinsip yang dianut oleh bangsa Jepang hingga mereka menjadi seperti sekarang ini.

Prinsip Bushido
Prinsip tentang semangat kerja keras yang diwariskan secara turun- menurun. Semangat ini melahirkan proses belajar yang tak kenal lelah. Awalnya semangat ini dipelajari Jepang dari barat. Tapi kini baratlah yang terpukau dan harus belajar dari Jepang.

Prinsip Disiplin Samurai
Prinsip yang mengajarkan tidak mudah menyerah. Para samurai akan melakukan harakiri (bunuh diri) dengan menusukkan pedang ke perut jika kalah bertarung. Hal ini memperlihatkan usaha mereka untuk menebus harga diri yang hilang akibat kalah perang. Kini semangat samurai masih tertanam kuat dalam sanubari bangsa Jepang, namun digunakan untuk membangun ekonomi, menjaga harga diri, dan kehormatan bangsa secara teguh. Semangat ini telah menciptakan bangsa Jepang menjadi bangsa yang tak mudah menyerah karena sumber daya alamnya yang minim juga tak menyerah pada berbagai bencana alam, terutama gempa dan tsunami.

Konsep Budaya Keishan
Perubahan secara berkesinambungan dalam budaya kerja. Caranya harus selalu kreatif, inovatif, dan produktif. Konsep Keisan menuntut kerajinan, kesungguhan, minat dan keyakinan, hingga akhirnya timbul kemauan untuk selalu belajar dari orang lain.

Prinsip Kai Zen
Mendorong bangsa Jepang memiliki komitmen tinggi pada pekerjaan. Setiap pekerjaan perlu dilaksanakan dan diselesaikan sesuai jadwal agar tidak menimbulkan pemborosan. Jika tak mengikuti jadwal, maka penyelesaian pekerjaan akan lambat dan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, perusahaan di Jepang menerapkan peraturan “tepat waktu”. Inilah inti prinsip Kai Zen: optimal biaya dan waktu dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.


Dan sebenarnya, etos kerja yang tinggi ini sudah menjadi ‘candu’ bagi bangsa Jepang. Banyak juga sebenarnya pekerja yang tidak melakukan apa-apa hanya duduk-duduk saja di kantor sepanjang hari, tak mengerjakan hal penting, dan lain sebagainya hanya demi semangat kerja tim dan dianggap memiliki etos kerja yang tinggi seperti orang-orang yang memang memiliki etos kerja yang tinggi. Dan hal ini juga menyebabkan kurangnya produktivitas dari pekerja tersebut.


Menurut saya sih, etos kerja itu sebenarnya harus datang dari diri kita sendiri. Bukan karena alasan seperti karena bangsa kita sudah terkenal dengan etos kerjanya yang tinggi, kita juga harus bisa seperti itu, tapi dengan terpaksa. Seharusnya etos kerja yang tinggi itu sendiri harus datang dari dalam diri kita agar apa pun yang kita kerjakan bisa selesai dengan optimal dan kita harus mengerjakannya secara maksimal.



References:






Sabtu, 11 Juli 2015

Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Yuhuuu! Masih berbicara seputaran kepemimpinan, di tulisan kali ini saya akan menjelaskan mengenai gaya kepemimpinan. Yaelah kenapa juga mau mimpin orang pake gaya-gayaan segala? Hahaha iyalah! Agar lebih jelas dan terarah bagaimana cara seseorang akan memimpin. Dan juga agar kita tahu bagaimana sifat dan watak orang yang memimpin kita. Apakah dia lembut dan baik hati atau keras dan tegas. Dan juga gaya kepemimpinan sangat diperlukan dalam memimpin suatu golongan atau organisasi agar tujuan dari dibentuknya golongan atau organisasi itu dapat tercapai dengan kerja sama dari orang-orang yang berada dalam organisasi itu karena gaya kepemimpinan pemimpinnya cocok untuk memimpin orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut. Nah, berikut adalah beberapa tipe gaya kepemimpinan. Selamat membaca!




GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan sering kali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satu pun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah–langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.

GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati. Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang–orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata-rata, orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.



Adapun 4 gaya kepemimpinan dasar, yaitu:

Kekompakan tinggi dan kerja rendah
Gaya kepemimpinan ini berusaha menjaga hubungan baik, keakraban dan kekompakan kelompok, tetapi kurang memperhatikan unsur tercapainya tujuan kelompok atau penyelesaian tugas bersama. Inilah gaya kepemimpinan dalam perkumpulan social. Rekreatif,yang sebagian besar ditujukan untuk hubungan antar anggota. Namun gaya ini dapat cocok dan tepat untuk kelompok yang di waktu lampau pernah berkembang baik dan efektif, tetapi menghadapi masalah atau situasi yang memacetkan atau melenyapkan semangat anggota. Gaya kepemimpinan ini baik untuk mempengaruhi semangat kelompok dan memotivasi mereka. Gaya kepemimpinan baik juga buat kelompok yang di waktu lampau kurang mempengaruhi pribadi para anggotanya dan terlalu sibuk dengan urusan menyelesaikan masalah atau situasi yang menekan, demi tercapainya tujuan bersama.

Kerja tinggi dan kekompakan rendah
Gaya kepemimpinan yang menekankan penyelesaian tugas dan pencapaian tujuan kelompok. Gaya kepemimpinan ini menampilkan gaya kepemimpinan yang direktif. Gaya kepemimpin ini tepat digunakan dalam persaingan dagang yang ketat serta dalam militer.

Kerja tinggi dan kekompakan tinggi
Gaya kepemimpin yang mengutamakan kerja dan kekompakan tinggi baik digunakan dalam pembentukan kelompok. Pemimpin perlu menjadi model untuk kelompok dengan menunjukkan perilaku yang membuat kelompok efektif dan puas. Tujuan yang sebaiknya dicapai adalah membantu kelompok menjadi kelompok yang matang, yang mampu menjalankan kedua tugas kepemimpinan diatas. Gaya kepemimpin ini menjadi tidak cocok dipakai jika tugas dan kekompakan kelompok telah diselesaikan anggota kelompok dengan baik.

Kerja rendah dan kekompakan rendah
Gaya kepemimpinan yang kurang menekankan penyelesaian tugas dan kekompakan kelompok cocok buat kelompok yang telah jelas sasaran dan tujuannya. Gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang menggairahkan untuk kelompok yang sudah jadi. Gaya kepemimpin ini tidak cocok digunakan kelompok yang belum jadi. Gaya kepemimpinan ini lemah dan tidak akan menghasilkan apa pun.






Reference:

Jumat, 10 Juli 2015

Teori Kepemimpinan





Masih bicara mengenai kepemimpinan, hehehe kali ini saya ingin mem-posting teori-teori mengenai kepemimpinan. Yah, silahkan dilihat-lihat, kali aja ada yang butuh artikel mengenai kepemimpinan semoga posting ini bisa membantu ya ehe.



Teori Great Man
Anda mungkin pernah mendengar bahwa ada orang-orang tertentu yang memang "dilahirkan untuk memimpin". Menurut teori ini, seorang pemimpin besar dilahirkan dengan karakteristik tertentu seperti karisma, keyakinan, kecerdasan dan keterampilan sosial yang membuatnya terlahir sebagai pemimpin alami. Teori great man mengasumsikan bahwa kapasitas untuk memimpin adalah sesuatu yang melekat, pemimpin besar dilahirkan bukan dibuat. Teori ini menggambarkan seorang pemimpin yang heroik dan ditakdirkan untuk menjadi pemimpin karena kondisi sudah membutuhkannya.


Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan didasarkan pada keyakinan bahwa pemimpin besar dibuat bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan para pemimpin bukan pada kualitas mental. Menurut teori ini, orang dapat belajar untuk menjadi pemimpin melalui pengajaran dan observasi. Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

a. konsiderasi dan struktur inisiasi 
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.


b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.


Teori Sifat
Teori sifat berasumsi bahwa orang mewarisi sifat dan ciri-ciri tertentu yang membuat mereka lebih cocok untuk menjadi pemimpin. Teori sifat mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik perilaku yang sama pada umumnya pemimpin. Sebagai contoh, ciri-ciri seperti ekstraversi, kepercayaan diri dan keberanian, semuanya adalah sifat potensial yang bisa dikaitkan dengan pemimpin besar. Jika ciri-ciri khusus adalah fitur kunci dari kepemimpinan, maka bagaimana menjelaskan orang-orang yang memiliki kualitas-kualitas tetapi bukan pemimpin? Pertanyaan ini adalah salah satu kesulitan dalam menggunakan teori sifat untuk menjelaskan kepemimpinan. Ada banyak orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian yang terkait dengan kepemimpinan namun tidak pernah mencari posisi kepemimpinan. Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.
Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
  •  pengetahuan umum yang luas
  • daya ingat yang kuat
  • rasionalitas
  • obyektivitas
  •  pragmatisme
  • fleksibilitas
  •  adaptabilitas
  • orientasi masa depan
  • sifat inkuisitif
  • rasa tepat waktu
  • rasa kohesi yang tinggi
  • naluri relevansi
  • keteladanan
  • ketegasan
  • keberanian
  • sikap yang antisipatif
  • kesediaan menjadi pendengar yang baik
  • kapasitas integratif
  • kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang
  • analitik
  • menentukan skala prioritas
  • membedakan yang urgen dan yang penting
  • keterampilan mendidik
  • berkomunikasi secara efektif

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung di dalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.


Teori Kontingensi
Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan dengan lingkungan yang mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok. Menurut teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi. Kesuksesan tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan, kualitas para pengikut dan aspek situasi.


Teori Situasional
 Teori Situasional mengusulkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional. Gaya kepemimpinan yang berbeda mungkin lebih tepat untuk jenis tertentu dalam pengambilan keputusan tertentu. Misalnya, seorang pemimpin berada dalam kelompok yang anggotanya berpengetahuan dan berpengalaman, gaya otoriter mungkin paling tepat. Dalam kasus lain di mana anggota kelompok adalah ahli yang terampil, gaya demokratis akan lebih efektif. Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; Norma yang dianut kelompok; Rentang kendali; Ancaman dari luar organisasi; Tingkat stress; Iklim yang terdapat dalam organisasi. Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:

a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik 
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

b. Model " Interaksi Atasan-Bawahan" 
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila: Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi; Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

c. Model Situasional 
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah Memberitahukan; Menjual; Mengajak bawahan berperan serta; Melakukan pendelegasian.

d. Model "Jalan- Tujuan " 
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.

e. Model "Pimpinan-Peran serta Bawahan" 
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut "didiktekan" oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.


Teori Partisipatif
Teori kepemimpinan partisipatif menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal adalah mengambil masukan dari orang lain. Para pemimpin mendorong partisipasi dan kontribusi dari anggota kelompok dan membantu anggota kelompok merasa lebih berkomitmen terhadap proses pengambilan keputusan. Dalam teori partisipatif, bagaimana pun, pemimpin berhak untuk memungkinkan masukan pendapat dari orang lain.


Teori Manajemen
Teori manajemen juga dikenal sebagai teori transaksional, fokus pada peran pengawasan kinerja, organisasi dan kelompok. Teori ini berdasarkan pada sistem imbalan dan hukuman. Teori manajemen sering digunakan dalam bisnis, ketika karyawan berhasil mereka dihargai, ketika mereka gagal mereka ditegur atau dihukum.


Teori Hubungan
Teori hubungan juga dikenal sebagai teori transformasi, fokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan membantu anggota kelompok melihat penting dan baiknya suatu tugas. Pemimpin fokus pada kinerja anggota kelompok dan juga ingin setiap orang untuk memaksimalkan potensinya. Pemimpin dengan gaya ini sering memiliki standar etika dan moral yang tinggi.



 Semoga membantu!


Ciao!



Reference:



“If you want to know what a man’s like, take a good look at how he treats his inferiors, not his equals.” - Sirius Black

Pemimpin.

Pemimpin itu, adalah seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan pandai mengatur orang yang mengikutinya atau pun yang dipimpinnya. Bagi saya, menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah. Pemimpin harus memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kepercayaan diri yang tinggi agar bisa mengatur dan disegani oleh orang yang dipimpinnya. Dan juga jadi pemimpin itu harus dapat dipercaya dan cerdas. Menjadi pemimpin sangatlah berat (di mata saya). Jadi, saya sangat menghargai dan mengapresiasi orang-orang yang berani maju sebagai pemimpin, disini saya tekankan, yang BENAR-BENAR menjadi PEMIMPIN. Bukan orang-orang yang tak memiliki kemampuan sebagai pemimpin yang bermuka tebal yang berpura-pura bisa menjadi pemimpin padahal mereka hanya duduk santai saja dan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan malah dilakukan oleh orang lain yang bukan ahli di bidang pekerjaan tersebut atau malah mereka melalaikan pekerjaan atau tugas yang diberikan kepada mereka.

Pemimpin yang baik, harus memiliki sesuatu yang disebut jiwa kepemimpinan. Dan juga seorang pemimpin harus bisa berperilaku sebagaimana seorang pemimpin harus berperilaku. Nah, kepemimpinan itu sendiri ialah sebuah upaya untuk mempengaruhi orang lain agar memiliki kemauan untuk mencapai tujuan bersama dan memastikan terjadinya kesatuan visi dalam sebuah kelompok. Apabila dalam suatu organisasi atau kelompok pemimpinnya tidak memiliki jiwa kepemimpinan, bagaimana visi mereka bisa bersatu dan tujuan mereka membentuk organisasi atau kelompok itu dapat terwujud?

Dalam memimpin, pasti ada tata cara dan aturannya. Inilah yang disebut dengan etiket kepemimpinan. Etiket kepemimpinan itu sendiri ialah cara-cara yang dianggap benar secara umum oleh sekelompok atau suatu komunitas masyarakat dalam upaya untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan bersama yang dimiliki oleh suatu organisasi. Walaupun etiket di setiap masyarakat bisa berbeda, prinsip-prinsip umum dalam etiket selalu tetap, tidak berubah, bersifat universal, dan tak terbatas waktu dan tempat. Terdapat tiga prinsip dalam etiket, yaitu respek, empati dan kejujuran
  • Respek, Respek berarti menghargai orang lain, peduli pada orang lain dan memahami orang lain apa adanya. Tidak peduli mereka berbeda, berasal dari kultur berbeda, atau keyakinan berbeda. Karena dengan bersikap respek kepada orang lain maka orang lain juga akan bersikap respek kepada kita.
  • Empati, berarti meletakkan diri di pihak orang lain. Sebelum bertindak atau berucap, dipikirkan terlebih dahulu, apa pengaruhnya bagi orang lain. Kata-kata dan sikap yang penuh pertimbangan dan empati, akan membuat seseorang terlihat bijaksana, dewasa dan manusiawi.
  • Kejujuran, adalah sebuah bahasa yang universal, setiap orang bahkan mafia seklipun membutuhkan kejujuran dari bawahannya. Kejujuran akan diterima dimanapun kita berada.


Untuk menjadi pemimpin yang baik, setidaknya kita harus memiliki nilai-nilai umum untuk menjadi pemimpin seperti yang terdapat di bawah ini:
  • Pemimpin harus memiliki kemampuan rethinking future, mampu menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki organisasi kearah masa depan yang lebih cemerlang.
  • Mampu membangun semangat setiap pribadi untuk ikut ambil bagian dalam mewujudkan tujuan.
  • Memiliki semangat dan kesungguhan untuk bersama–sama menyelasaikan masalah secara cepat dan tepat.
  • Ethical Communication, Pemimpin yang beretika akan menetapkan standar kejujuran untuk setiap bawahan yang dipimpinnya.
  • Ethical Quality, memiliki tingkat kompetitifnya suatu organisasi seperti : produk yang berkualitas, pelayanan pelanggan yang berkualitas, dan pengiriman yang berkualitas.
  • Ethical Collaboration, Pemimpin yang bijak berkolaborasi untuk menciptakan best practice, memecahkan masalah, dan menemukan issue-issue yang sedang dihadapi organisasi.
  • Ethical Succession Planning, pemimpin yang berprinsip memiliki/menuntut kebutuhan akan pengendalian, ia akan memenuhi kebutuhan tersebut dengan menciptakan standar organisasi dan prosedur operasi untuk kualitas dan komunikasi yang kuat.
  • Ethical Tenure, Berapa lamakah seharusnya seorang pemimpin memimpin  organisasinya?


Namun, masih terdapat banyak kekurangan dan permasalahan dalam menjadi pemimpin, termasuklah di Indonesia. Permasalahan yang sering timbul dan sering terjadi itu adalah antara lain, pemimpin kadang tidak mempunyai etika. Lihat saja, sudah banyak kasus yang terjadi terhadap yang katanya pemimpin di Indonesia. Korupsi, jelas merupakan hal yang tidak asing lagi kita dengar yang dilakukan oleh pemimpin daerah atau pun pemimpin suatu kelembagaan atau organisasi di Indonesia. Kasus asusila, penggunaan obat-obatan terlarang, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dilakukan oleh pemimpin yang seharusnya menjadi panutan. Lalu, berbicara yang tidak pantas di depan publik, saling mencerca dan memaki di hadapan orang banyak, tidak bisa menjaga komitmen, tidak memiliki hati nurani, banyak omong saja, dan tidak bisa menjadi panutan yang baik bagi orang banyak.

Saya berharap, akan semakin banyak pemimpin-pemimpin  yang pantas yang akan muncul nantinya di Indonesia. Karena saya merasa orang Indonesia ini sangat membutuhkan figur pemimpin yang layak dan capable untuk menjalankan tugas dan amanat yang diberikan kepadanya. Dan juga, pemimpin yang diharapkan ini tidak memiliki ego yang tinggi, karena sudah cukup masyarakat Indonesia saja yang ber-ego tinggi. Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang tegas dan berani bertindak mengenai hal yang benar, bukan hanya bertindak demi keuntungannya pribadi mau pun keuntungan golongan dimana ia berada.




Kamis, 09 Juli 2015

Kisah Si Daun

Dia segar
Menggantung indah di atas sana
Bersama dengan ribuan lainnya
Meliuk-liuk diterpa angin yang ringan berhembus
Ke kiri ke kanan dia bergoyang
Bergerak indah bersama lainnya

Dia hijau
Menambah keindahan tempatnya bernaung
Terselip nan elok diantaranya
Menyembul yang nikmat dibaliknya
Namun dia tak mau kalah
Rimbunnya menambah keindahan bagi yang memandang

Dia kuning
Pudar sudah kekuatannya
Bagai hidup segan mati tak mau
Musim yang membuatnya seperti itu
Bagai badan renta yang terbaring tak berdaya
Begitulah ia yang dapat dilukiskan

Dia coklat
Putus sudah harapannya
Hilang sudah kekuatannya
Terbunuh oleh angin yang tak lagi ramah padanya
Terjatuh ke bawah di mana hanya ada sengsara

Daun
Tiada lagi liukan indahnya
Tergolek tak bernyawa di bawah sana
Terinjak oleh kehidupan yang fana
Kress.. Begitulah bunyinya
Hilang sudah daun yang indah
Tertiup angin sisa darinya




Selasa, 07 Juli 2015

Movie Review: The Devil Wears Prada (2006)

Halo lagi! Hehehe. 

Masih dalam suasana libur panjang dalam rangka bulan puasa (sebenarnya tidak terlalu panjang, tapi cukuplah haha), kali ini saya ingin mengulas sebuah film yang menurut saya sangat bagus dan keren, hehehe dan ini salah satu film yang, yah, bisa dikatakan sudah agak lama ya meskipun film tersebut keluaran abad ke-21. Film ini keluaran tahun 2006 (hampir 10 tahun yang lalu, mungkin saat itu saya sedang asyik-asyiknya bermain kelereng dan sepeda hahaha). Film ini bercerita tentang seorang gadis biasa, yang sangat tidak fashionable, yang datang ke New York setelah lulus kuliah untuk menjadi seorang jurnalis. Dan akhirnya ia ‘terjebak’ di salah satu majalah dimana ia menjadi asisten dari orang yang sangat berpengaruh di dunia fashion dan orang itu amat sangat disegani oleh semua orang. Yap, kali ini saya akan mengulas mengenai “The Devil Wears Prada”.

Judul filmnya sama dengan salah satu band favorit saya, ehehehe. Gak penting yah? Emang-_-

Nah film ini merupakan film yang diadaptasi dari novel laris karya Lauren Weisberger, mantan asisten dari editor majalah Vogue, Anna Wintour. Dikatakan bahwa film ini menceritakan sosok Anna Wintour tersebut yang dikarakterisasikan sebagai Miranda Priestly. Film ini mendapat 6.8/10 rating di IMDB dan 75% rating di Rotten Tomatoes. Karakter yang menjadi bintang utama disini ialah Andrea Sachs yang diperankan oleh Anne Hathaway dan Miranda Priestly yang diperankan oleh Meryl Streep. Ada pula beberapa bintang yang mendukung film ini yaitu Emily Blunt, Stanley Tucci dan Adrian Grenier.

Nah berikut adalah sinopsis dari film ini. (ps: bagi yang tidak suka spoiler jangan dibaca ya hehehe)

Andrea Sachs (Anne Hathaway) biasa dipanggil Andy adalah seorang fresh graduate dari Northwesten University dan ia bercita-cita menjadi seorang jurnalis. Namun ia sudah melamar kesana-kemari tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Setelah sekian lama akhirnya ia mendapat panggilan kerja di sebuah majalah fashion RUNWAY, RUNWAY dibawah manajemen Ellias-Carlke publication. Di sana ia bekerja sebagai asisten kedua (second assistant), Miranda Priestly (Merlyn Streep). Miranda adalah seorang Senior Editor yang sudah dianggap Legend di perusahaan tersebut.

Pada saat awal ia bekerja, ia sangat stres. Ia melakukan hal yang diluar batas seorang asisten seharusnya. Asisten yang biasanya 'cuma' harus mengangkat telepon, mengatur jadwal bos dan mengetik sesuatu kini ia harus berlari-lari. Entah mengantarkan anak Miranda ke sekolah, membelikan kopi, mengambil potongan sampel baju, Membawa mobilnya ke bengkel dan semacamnya. Ia juga dilarang untuk ke kamar mandi. Makan siang juga cuma 15 menit. Sangat ketat sekali peraturan di situ sampai ia hanya bisa istirahat hari sabtu-minggu.

Andy juga di pandang sinis oleh Asisten Utama, first asisstant, Emily Charlton karena gaya berpakaiannya yang tak fashionable, bajunya murahan dan tak punya rasa fashion. Sampai suatu ketika ia dihadapkan pada situasi buruk. Ia dituntut Miranda untuk mengantarkan Miranda ke New York untuk melihat konser kedua putrinya dengan cara apapun dikarenakan pesawatnya gagal berangkat sebab cuaca buruk. Andy berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan pesawat untuk Miranda pulang tetapi tak ada satupun perjalanan pesawat dikarenakan tornado hebat. Konyolnya Miranda mengatakan bahwa cuacanya cuma rintik-rintik.

Karena ia tak bisa melaksanakan tugasnya, ia di caci habis-habisan oleh Miranda keesokan harinya meskipun dengan nada slow dan tidak membentak tetapi sangat menghujam sekali kata-katanya sampai membuat Andy menangis. Saat itulah ia sadar, ada sesuatu yang ia tak punya sehingga bosnya selalu menyalahkannya atas semua tindakannya. Rasa Fashion. Ia secara tidak langsung dipandang sebelah mata oleh Miranda karena ia selalu berpakaian 'ndeso' dan tidak stylish sama sekali. Lalu ia pun ditolong oleh seorang Nigel (Stanley Tucci). Ia memberikan baju-baju sample model untuk Andy. Ia pun memakainya dalam bekerja. Setelah itu segala pekerjaan yang dibuatnya membuat Miranda sedikit terkesan. Ia mulai tidak sering memarahi Andy.

Suatu hari ia membuat kesalahan besar dalam pekerjaan. Saat ia ditugaskan mengembalikan buku dan jas Miranda tanpa terlihat, ia gagal. Miranda yang marah dan tak mau melihat Andy lagi memberikan Andy pekerjaan yang mustahil bagi dia. Membawakannya manuscript novel Harry Potter yang belum terbit dalam waktu 3 jam. Dalam kedepresiannya ia tertolong oleh sosok Christian Thompson (Simon Baker). Ia mempunyai script Harry Potter selanjutnya yang belum terbit dan segera andy membuat salinan dari manuscript tersebut.

Setelah tugas itu, berturut-turut Andy bekerja dengan baik. Tugas-tugas yang diberikannya pun dikerjakannya dengan sempurna. Kini pekerjaan yang biasa dilakukan Andy, menyimpan tas, mengambilkan barang ini itu dan membeli kopi dilakukan oleh Emily. Puncaknya Miranda, mengajak Andy untuk ikut fashion show Summer Fall di Paris yang awalnya ditujukan pada Emily namun kini beralih ke Andy. Saat Andy ingin memberitahu Emily tentang hal itu. Emily mendapat musibah. Ia tertabrak mobil dan masuk rumah sakit.

Andy sekarang berubah, ia lebih sering bergaul dengan jurnalis, para designer dan para model terkenal. Nate (Adrian Grenier) yang juga pacar Andy memutuskan untuk putus sebelum Andy berangkat ke Paris.

Sesampainya di Paris, ia mendapat kabar dari Christian bahwa Miranda akan digantikan oleh seorang editor terkenal dari Paris. Ia berusaha untuk memperingatkan Miranda. Ternyata Miranda sudah tahu dan menyiapkan suatu rencana yang bisa dibilang 'licik' tetapi harus dilakukan untuk karirnya seterusnya.

Ending dari film ini, Andy keluar dari RUNWAY dan ia memberikan koleksi baju parisnya pada Emily. Dan Emily memberikan suatu wejangan bagi Next Emily di sampingnya. "Kamu memiliki sepatu yang besar untuk di isi" yang artinya kurang lebih Ia harus bekerja sebaik dan seperti sepatu pendahulunya/orang yang bekerja sebelumnya di tempat tersebut yaitu Andy.

========================================================================

Review:
Menurut saya, film ini cocok ditonton bagi setiap kalangan dan juga para perempuan pasti akan sangat menyukai film ini (termasuk saya hehe) karena di film ini, mata kita akan dimanjakan dengan baju-baju yang ‘menyegarkan’ untuk dilihat hahaha. Dan film ini merupakan film dengan biaya kostum termahal, karena banyak designer yang meminjamkan karya mereka untuk mendukung suksesnya film ini.

Dan di film ini saya bisa menangkap banyak sekali pelajaran. Seperti, perjuangan gigih Andrea untuk tetap bertahan menjadi asisten Miranda, the Dragon Lady. Dan bagaimana akhirnya ia merubah gaya penampilannya demi ‘diperhatikan’ oleh Miranda. Dan juga Miranda yang sangat bekerja keras demi kesuseksan dan keberlangsungan majalah yang dipimpinnya.

Namun, ada hal yang tidak patut untuk kita contoh di film ini. Yaitu bagaimana Miranda melakukan segala cara untuk tetap mempertahankan posisinya sebagai pimpinan Runway. Ia tega menghancurkan harapan Nigel, salah satu rekan kantor dan orang terdekatnya sebagai presiden di perusahaan label yang akan didirikan. Padahal Miranda mengetahui bahwa Nigel sangat mengidam-idamkan posisi tersebut, tapi ia tega memberikan posisi itu kepada pimpinan Runway di Prancis yaitu Jacquelline Follet yang pada awalnya akan menggantikan Miranda sebagai pimpinan Runway di Amerika Serikat. Disini terlihat bahwa Miranda takut posisinya akan digantikan dan ia melakukan hal yang sangat jahat (menurut saya) kepada rekannya sendiri.

Yak, segitu dulu aja yang bisa saya tuliskan disini hehehehe. Dan saya sangat merekomendasikan film ini bagi kalian yang mencari film drama komedi ringan nan segar untuk ditonton. Dan juga akting para pemainnya sangat memukau hehehe.

Penilaian:
8/10. Hell yeah, really recommended!


Ciao!


References:

Senin, 06 Juli 2015

Etika dalam Pelayanan Publik

Lanjut lageee hahahaha. Nonstop dah saya menulis kali ini :D


Di siang hari yang sangat terik ini, saya sedang tidur-tiduran di depan laptop sembari jari-jari saya nan lincah bin gemulai ini menari-nari di atas keyboard. Hahahaha apa sih-_-. Sekarang pukul 13:26, sekitar 4½ jam lagi menuju buka puasa wkwkwkwkwk.


Kali ini saya akan mengulas mengenai “Etika Pelayanan Publik”. Hampir sama dengan tulisan saya yang sebelumnya, namun disini saya akan membahas mengenai pelayanan publik.

Sudah pada tahu lah ya pelayanan publik itu apa? Ehehehehe. Pelayanan publik itu adalah suatu fasilitas yang ditujukan untuk masyarakat umum. Nah contohnya itu seperti, kepolisian, catatan sipil, dan badan-badan pemerintah atau swasta lainnya yang ditujukan untuk pelayanan umum. Di dalam memberikan pelayanannya kepada orang banyak, badan pelayanan publik ini harus memiliki aturan dan tata cara tersendiri.

Berikut hal-hal yang perlu diketahui dari etika pelayanan publik.

  1. Pelayanan publik merupakan bidang kehidupan penting yang ditujukan untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan Negara.
  2. Pelayanan publik ini dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan di Indonesia disebut dengan  pegawai negeri.
  3. Fokus utama dalam etika pelayanan publik adalah apakah aparatur pelayanan publik, pegawai negeri atau birokrasi telah mengambil keputusan dan berperilaku yangdapat dibenarkan dalam sudut  pandang etika.
  4. Beretika dalam konteks pelayanan publik berarti mempertimbangkan cara yang tepat untuk bertindak bagi pegawai negeri sebagai”palayan publik” dalam berbagai situasi pelayanan publik.
  5. Pelayanan publik bermuara pada tujuan untuk mewujudkan integritas dalam pelayanan publik : warga Negara memperoleh perlakuan “tanpa pandang bulu” sesuai dengan ketentuan hukum dan peradilan ; Sumber daya publik digunakan secara tepat, efisien dan efektif; Prosedur pengambilan keputusan adalah transparan bagi publik, dan tersedia sarana bagi publik untuk melakukan penyelidikan dan pemberian tanggapan.

Pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Kenapa? Inilah alasannya; Pertama, besarnya diskriminasi pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan masih amat dipengaruhi oleh hubungan per-koncoan, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan agama. Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan.Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab munculnya KKN, sebab para pengguna jasa cenderung memilih menyogok dengan biaya tinggi kepada penyelenggara pelayanan untuk mendapatkan kepastian dan kualitas pelayanan. Ketiga, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik.

Untuk mencapai pemberian pelayanan publik yang prima, kita sebaiknya mengikuti prinsip-prinsip pelayanan publik. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:

  1. Transparansi. Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
  2. Akuntabilitas. Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
  3. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
  4. Partisipasif. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.
  5. Kesamaan hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
  6. Keseimbangan hak dan kewajibanPemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masingmasing pihak.

Demikian ulasan singkat saya mengenai pelayanan publik. Semoga bermanfaat!
Ciao!




Tentang Etika Bisnis

Hai lagi! Hehehe.


Saat ini saya sedang dalam masa “libur 3 minggu sebelum hari raya idul fitri dan menghabiskan waktu sambil leye-leye di rumah”. Hahahaha. Saya juga bingung tidak tahu mau berbuat apa huhu. Jadi, untuk mengisi kekosongan waktu saya (ceileeee) saya akan mencoba menulis.\


*benerin kacamata*


Di kesempatan kali ini saya akan membicarakan mengenai “Etika Bisnis”. Sebenarnya, apa sih etika bisnis itu?

Kalau menurut saya sih, etika bisnis itu adalah bagaimana kita berperilaku/bersikap dalam berbisnis. Baik itu terhadap lawan bisnis, rekan bisnis, perusahaan kita, karyawan di perusahaan kita, mau pun sikap kita terhadap bisnis tersebut.

Nah secara teorinya, Pengertian Etika Bisnis dapat dibedakan menjadi:

  1. Secara makro: etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara keseluruhan.
  2. Secara meso: etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis di bidang organisasi
  3. Secara mikro: etika bisnis difokuskan pada hubungan individu denga ekonomi dan bisnis. Sehingga etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan bisnis.
Menurut Zimmerer, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.

Dimana ada etika, disitu ada etiket. Semacam dimana ada gula, disitu ada semut. Ehehehe. Nah, etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Termasuk juga Etika Bisnis berupa senyum sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalahgunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan.

Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.

Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai dalam etika bisnis, yaitu :
  1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis
  2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta membantu pebisnis atau calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang tepat
  3. Membantu pebisnis atau calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat didalam profesinya (kelak)

Nah, di dalam etika bisnis ini terdapat prinsip-prinsipnya. Rumusan prinsip etika bisnis menurut beberapa ahli dijabarkan sebagai berikut:
  1. Von der Embse dan R.A. Wagley dalam publikasi yang berjudul Management Journal pada tahun 1988 mengungkapkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pendekatan dalam merumuskan prinsip etika bisnis, yaitu: Pendekatan Utilitarian (Utilitarian Approach), Pendekatan Hak Individu (Individual Rights Approach), Pendekatan Keadilan (Justice Approach)
  2. Muslich (1998 : 31-33) menjabarkan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut: Prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip Tidak Berniat Jahat, Prinsip Keadilan, dan Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
  3. Adiwarman Karim merumuskan prinsip-prinsip etika sebagai berikut: Kejujuran, Keadilan, Rendah Hati, Simpatik, Kecerdasan dan Lakukan dengan Cara yang Baik, Lebih Baik, atau Dipandang Baik.
Dan dalam etika bisnis, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu, pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial (Social Responsibility), mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep “Pembangunan Berkelanjutan, menghindari sifat 5K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi), mampu menyatakan yang benar itu benar, menumbuhkan sikap saling percaya antar polongan pengusaha, konsekuen dan konsisten dengan aturan main bersama, dan memelihara kesepakatan, dan menuangkan ke dalam hukum positif.

Dan dalam setiap hal itu pasti ada permasalahan. Tidak dipungkiri, dalam etika bisnis pun juga terdapat permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:
  1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik
  2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman
  3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan
  4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.
  5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.

Nah, demikian ulasan saya mengenai etika bisnis. Mungkin dapat bermanfaat bagi para pembaca atau orang-orang yang membutuhkannya. Sekian aja ya, saya sudah pegal mengetiknya hehehe.
Ciao!

Tulisan Singkat yang Tidak Terlalu Penting

Hai! Kali ini saya kembali, hehe. Mungkin disaat membaca blog saya kalian bertanya-tanya, mengapa saya tiba-tiba menulis kembali di blog ini setelah sekian lama?
(ah tidak juga, siapa juga yang peduli?)
Ya sudah kalau tidak peduli. Saya hanya ingin bercerita mengeluarkan uneg-uneg dan pikiran saya.
Ceileh.
Sebenarnyaaa, sudah lama sekali saya ingin kembali mengisi blog yang tidak seberapa ini hahaha. Namun apa daya, saya terlalu malasL. Dan akhirnya, pada suatu ketika, salah satu dosen saya menginginkan kami, mahasiswanya untuk menulis di blog mengenai apa saja dan yang pasti harus ada posting yang berhubungan dengan mata kuliahnya. Alhasil, saya pun memulai untuk menulis kembali di blog ini.
Sebetulnya, posting saya di blog ini sudah lumayan banyak (dulunya). Namun karena saya merasa kebanyakan dari tulisan saya itu sangat menggelikan (baca: gondes), jadi banyak yang saya hapus hahaha. Namun masih ada beberapa posting yang tidak saya hapus karena saya merasa sayang untuk menghapusnya. Ya sudahlah kalau memang nanti terbaca oleh orang, biar orang tahu bahwa saya dulu juga pernah terjebak di masa alayL.
Mungkin blog saya ini nantinya akan berisi hal-hal yang random hahaha. Saya tidak memiliki spesifikasi khusus mengenai apa yang akan saya tulis disini. Misalnya apakah saya akan menulis mengenai fashion, makanan, travelling, dan lain sebagainya tapi saya akan menulis sesuatu ketika saya ingin menulis dan bisa tentang apa saja. Hehe.
Mungkin hanya itu dulu yang mau saya sampaikan, karena saya masih berpikir keras (lebay) untuk mencari ide apa untuk tulisan saya yang selanjutnya.
Ciao!



Mengetahui Perbedaan Etika dan Etiket Secara Singkat


Kali ini saya ingin membahas perbedaan etika dan etiket. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa etika dan etiket itu sama saja. Padahal tidak. Etika dan etiket adalah 2 hal yang berbeda meskipun ada sedikit persamaan diantara mereka, yaitu sama-sama menyangkut cara manusia berprilaku. 

Kenapa saya tertarik untuk membahas etika dan etiket? Sejujurnya, dulu saya juga menganggap bahwa etika dan etiket itu adalah hal yang sama saja, tak ada bedanya. Dulu saya menganggap bahwa etika dan etiket itu adalah aturan yang mengatur tata cara bagaimana manusia berprilaku di lingkungannya. Ternyata, setelah saya membaca dan diajari oleh salah satu dosen saya, etika dan etiket adalah hal yang berbeda.

Seperti yang telah saya tulis di posting saya yang sebelumnya, etika itu lebih kepada internal diri seorang manusia dan sifatnya lebih mutlak dan sama disetiap daerah dan bagi setiap manusia. Apabila seseorang melanggar etika tersebut, ia akan dicap sebagai seseorang yang sangat bersalah di lingkungannya dan tidak bermoral serta akibat yang ia terima akan sangat berat. Contohnya seperti bila seseorang korupsi, selama dia melakukan hal tersebut tanpa diketahui orang lain, hidupnya tidak akan pernah tenang. Dan bila ketahuan oleh orang lain, maka ia akan dihujat dan dipermalukan seperti misal ia diliput oleh televisi dan orang-orang akan membicarakan apa yang telah ia perbuat. Dan di lingkungannya, ia dan keluarganya akan dikucilkan dari pergaulan.

Nah kalau etiket itu adalah tata cara seseorang dalam bersikap di lingkungannya dan di setiap daerah atau lokasi, etiket ini berbeda-beda.  Dan juga apabila seseorang melanggar etiket ini, akibat yang ia terima tidaklah terlalu berat. Contoh dari etiket ini seperti saat sedang makan bersama keluarga, seseorang bersendawa keras sekali dan mengganggu orang lain yang sedang makan. Di Indonesia, hal ini dianggap hal yang tidak sopan. Beda dengan di Korea Selatan, bersendawa saat makan ataupun setelah makan dianggap hal yang baik, karena itu mengindikasikan bahwa makanan yang dimakan oleh yang bersendawa tadi sangat lezat sehingga bersendawa setelah makan merupakan bentuk pujian dan rasa terimakasih kepada yang memberikan makanan.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa etika itu berlaku walaupun tidak ada saksi mata, bersifat internal ke manusia itu sendiri, dan sifatnya absolut atau mutlak. Sedangkan etiket, bila tidak ada saksi mata, hal itu tidak berlaku, lebih ke sisi luar manusia, dan sifatnya relatif di setiap daerah.


Itulah bahasan singkat saya mengenai perbedaan etika dan etiket, semoga membantu!