Masih bicara mengenai kepemimpinan, hehehe kali ini saya ingin
mem-posting teori-teori mengenai kepemimpinan. Yah, silahkan dilihat-lihat,
kali aja ada yang butuh artikel mengenai kepemimpinan semoga posting ini bisa
membantu ya ehe.
Teori Great Man
Anda mungkin pernah mendengar bahwa ada orang-orang
tertentu yang memang "dilahirkan untuk memimpin". Menurut teori ini,
seorang pemimpin besar dilahirkan dengan karakteristik
tertentu seperti karisma, keyakinan, kecerdasan dan keterampilan sosial
yang membuatnya terlahir sebagai pemimpin alami. Teori great man
mengasumsikan bahwa kapasitas untuk memimpin adalah sesuatu yang melekat,
pemimpin besar dilahirkan bukan dibuat. Teori ini menggambarkan seorang pemimpin
yang heroik dan ditakdirkan untuk menjadi pemimpin karena kondisi sudah membutuhkannya.
Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan didasarkan pada keyakinan
bahwa pemimpin besar dibuat bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini
berfokus pada tindakan para pemimpin bukan pada kualitas mental. Menurut
teori ini, orang dapat belajar untuk menjadi pemimpin melalui pengajaran
dan observasi. Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke
arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan
bawahan
memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima
usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat
dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai
oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin
pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan
dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi
memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta
pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership
continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan.
Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin
dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan
terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya
tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.
Teori Sifat
Teori sifat berasumsi bahwa orang mewarisi sifat dan
ciri-ciri tertentu yang membuat mereka lebih cocok untuk menjadi pemimpin.
Teori sifat mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik
perilaku yang sama pada umumnya pemimpin. Sebagai contoh,
ciri-ciri seperti ekstraversi, kepercayaan diri dan keberanian, semuanya adalah
sifat potensial yang bisa dikaitkan dengan pemimpin besar. Jika ciri-ciri
khusus adalah fitur kunci dari kepemimpinan, maka bagaimana menjelaskan
orang-orang yang memiliki kualitas-kualitas tetapi bukan pemimpin?
Pertanyaan ini adalah salah satu kesulitan dalam menggunakan teori sifat untuk
menjelaskan kepemimpinan. Ada banyak orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian
yang terkait dengan kepemimpinan namun tidak pernah mencari posisi kepemimpinan.
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.
Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil,
sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi
yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki
pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang luas
- daya ingat yang kuat
- rasionalitas
- obyektivitas
- pragmatisme
- fleksibilitas
- adaptabilitas
- orientasi masa depan
- sifat inkuisitif
- rasa tepat waktu
- rasa kohesi yang tinggi
- naluri relevansi
- keteladanan
- ketegasan
- keberanian
- sikap yang antisipatif
- kesediaan menjadi pendengar yang baik
- kapasitas integratif
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang
- analitik
- menentukan skala prioritas
- membedakan yang urgen dan yang penting
- keterampilan mendidik
- berkomunikasi secara efektif
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara
lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara
sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap
sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai
moral dan akhlak yang terkandung di dalamnya mengenai berbagai rumusan sifat,
ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
Teori Kontingensi
Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan dengan
lingkungan yang mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok.
Menurut teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala
situasi. Kesuksesan tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya
kepemimpinan, kualitas para pengikut dan aspek situasi.
Teori Situasional
Teori Situasional mengusulkan bahwa pemimpin memilih
tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional. Gaya kepemimpinan yang
berbeda mungkin lebih tepat untuk jenis tertentu dalam pengambilan keputusan
tertentu. Misalnya, seorang pemimpin berada dalam kelompok
yang anggotanya berpengetahuan dan berpengalaman, gaya otoriter
mungkin paling tepat. Dalam kasus lain di mana anggota kelompok adalah
ahli yang terampil, gaya demokratis akan lebih efektif. Keberhasilan seorang
pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas; Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; Persepsi, sikap
dan gaya kepemimpinan; Norma yang dianut kelompok; Rentang kendali; Ancaman
dari luar organisasi; Tingkat stress; Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca"
situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dan
mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan
situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model
kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain
berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan
fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam
hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil
keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan
disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan
pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang
baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan
kebutuhan bawahan.
b. Model " Interaksi Atasan-Bawahan"
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan
sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang
bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; Tugas yang harus dikerjakan
bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi; Posisi kewenangan pemimpin
tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi
kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang
berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah Memberitahukan;
Menjual; Mengajak bawahan berperan serta; Melakukan pendelegasian.
d. Model "Jalan- Tujuan "
Seorang pemimpin yang efektif menurut model
ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh
bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan
tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal
tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model "Pimpinan-Peran
serta Bawahan"
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan
dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan
dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu
syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan
yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta
bawahan tersebut "didiktekan" oleh situasi yang dihadapi dan masalah
yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
Teori Partisipatif
Teori kepemimpinan partisipatif menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan yang ideal adalah mengambil masukan dari orang lain. Para pemimpin
mendorong partisipasi dan kontribusi dari anggota kelompok dan
membantu anggota kelompok merasa lebih berkomitmen terhadap proses pengambilan
keputusan. Dalam teori partisipatif, bagaimana pun, pemimpin berhak untuk
memungkinkan masukan pendapat dari orang lain.
Teori Manajemen
Teori manajemen juga dikenal sebagai teori transaksional,
fokus pada peran pengawasan kinerja, organisasi dan kelompok. Teori ini
berdasarkan pada sistem imbalan dan hukuman. Teori manajemen sering
digunakan dalam bisnis, ketika karyawan berhasil mereka dihargai, ketika
mereka gagal mereka ditegur atau dihukum.
Teori Hubungan
Teori hubungan juga dikenal sebagai teori
transformasi, fokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut.
Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan membantu anggota
kelompok melihat penting dan baiknya suatu tugas. Pemimpin fokus pada
kinerja anggota kelompok dan juga ingin setiap orang untuk memaksimalkan
potensinya. Pemimpin dengan gaya ini sering memiliki standar etika dan
moral yang tinggi.
Semoga membantu!
Ciao!
Reference: